PP Sidogiri sebagai Prototype Lembaga Pendidikan Salaf

Pondok Pesantren Sidogiri

Saya sangat tertarik untuk menulis judul ini, karena tidak mungkin ada sesuatu yang banyak dan terus berkembang tanpa adanya sebuah contoh rupa (purnarupa dari sesuatu). Purnarupa yang dalam bahasa asingnya adalah prototype mempunyai pengertian sebagai berikut; Purwarupa (bahasa Inggris: prototype) atau arketipe adalah bentuk awal (contoh) atau standar ukuran dari sebuah entitas. Dalam bidang desain, sebuah prototipe dibuat sebelum dikembangkan atau justru dibuat khusus untuk pengembangan sebelum dibuat dalam skala sebenarnya atau sebelum diproduksi secara massal.

Tentu sangat menarik untuk mengamati makin banyaknya pondok pesantren di Indoesia saat ini, jumlahnya semakin banyak dan tersebar ke berbagai penjuru tanah air. Ada berbagai macam ciri khas dan karakter pesantren, diantaranya adalah pondok pesantren salaf, yang sejak awal keberadaannya hingga kini di Indonesia jumlahnya semakin banyak. Untuk memperdalam bahasan kita kali ini, maka kita akan sekilas membahas tentang pondok pesantren sebagai protype dari pesantren salaf, yaitu Pondok Pesantren (PP) Sidogiri.

Sebelum kita mulai pasti ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dengan salaf ?” Kata salaf merupakan bahasa Arab yang berarti terdahulu, klasik, kuno atau tradisional. Maksudnya adalah apa yang ada hingga saat ini mencontoh apa yang sudah ada pada zaman dulu untuk menjada tradisi keislamannya. Pada dasarnya, pesantren salaf adalah bentuk asli dari lembaga pesantren itu sendiri. Sejak munculnya pesantren, format pendidikan pesantren adalah bersistem salaf.

Pasti ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dengan salaf ?” Kata salaf merupakan bahasa Arab yang berarti terdahulu, klasik, kuno atau tradisional. Maksudnya adalah apa yang ada hingga saat ini mencontoh apa yang sudah ada pada zaman dulu untuk menjada tradisi keislamannya. Pada dasarnya, pesantren salaf adalah bentuk asli dari lembaga pesantren itu sendiri. Sejak munculnya pesantren, format pendidikan pesantren adalah bersistem salaf.

Untuk kita mudah memahaminya kita harus tahu bahwa pendidikan salaf ini biasanya mempelajari kitab-kitab kuning (kitab kuno). Pesantren salaf identik dengan pesantren tradisional (klasik) yang berbeda dengan pesantren modern dalam hal metode pengajaran dan infrastrukturnya. Di pesantren salaf, hubungan antara Kyai dengan santri cukup dekat secara emosional. Kyai terjun langsung dalam menangani para santrinya. Dari sekian banyak pesantren salaf yang terkenal di Indonesia, yang paling saya kenal adalah Pondok Pesantren (PP) Sidogiri.

Siapa yang tidak kenal dengan PP Sidogiri yang letaknya di Sidogiri, Kraton, Pasuruan, Jawa Timur. Banyak para alim ulama yang lahir dari pesantren ini. Pesantren yang dibabat oleh seorang Sayyid dari Cirebon, Jawa Barat, bernama Sayyid Sulaiman dan menantunya, Kiai Aminullah, ini dilakukan selama 40 hari. Saat itu Sidogiri masih berupa hutan belantara yang tak terjamah manusia dan dihuni oleh banyak makhluk halus. Sidogiri dipilih untuk dibabat dan dijadikan pondok pesantren karena diyakini tanahnya baik dan berbarakah.

Dan ternyata benar, sejak berdirinya hingga saat ini pondok pesantren ini bisa terus maju dan berkembang dengan meluluskan ribuan alumni yang tersebar di seluruh penjuru tanah air dengan berbagai profesi. Yang menjadi ciri dari alumni PP Sidogiri jika mendirikan lembaga pendidikan, selalu memberi nama Miftahul Ulum untuk lembaganya. Sudah banyak para alumni yang mempunyai lembaga pendidikan dengan berbagai jenjang mulai Raudhatul Atfal (setingkat Taman Kanak-kanak) hingga Perguruan Tinggi. Semuanya didirikan dengan tujuan untuk berkhidmat kepada para guru-guru yang telah mengajar mereka, dalam bentuk mengamalkannya untuk mendidik masyarakat sekitar dengan ilmu agama yang sudah diperoleh.

Santri pesantren salaf memiliki kualitas keilmuan, antara lain:

  • Menguasai kitab kuning atau literatur klasik Islam dalam bahasa Arab dalam berbagai disiplin ilmu agama
  • Menguasai ilmu gramatika bahasa Arab atau Nahwu, Sharaf, balaghah (maany, bayan, badi’), dan mantiq secara mendalam karena ilmu-ilmu tersebut dipelajari serius dan menempati porsi cukup besar dalam kurikulum pesantren salaf di samping fikih madzhab Syafi’i.
  • Dalam memahami kitab bahasa Arab santri salaf memakai sistem makna gundul dan makna terjemahan bebas sekaligus.

Metode belajar mengajar di pesantren salaf terbagi menjadi dua yaitu metode sorogan wetonan dan metode klasikal. Metode sorogan adalah sistem belajar mengajar di mana santri membaca kitab yang dikaji di depan ustadz atau kyai. Sedangkan sistem weton adalah kyai membaca kitab yang dikaji sedang santri menyimak, mendengarkan dan memberi makna pada kitab tersebut.

Metode sorogan dan wethonan merupakan metode klasik dan paling tradisional yang ada sejak pertama kali lembaga pesantren didirikan dan masih tetap eksis dan dipakai sampai saat ini. Adapun metode klasikal adalah metode sistem kelas yang tidak berbeda dengan sistem modern. Hanya saja bidang studi yang diajarkan mayoritas adalah keilmuan agama.

Saya pernah menjadi salah seorang pengajar di lembaga pendidikan bentukan alumni PP Sidogiri ini. Dari interaksi saya dengan para alumni yang juga mengajar di lembaga yang sama ini mereka banyak bercerita bagaimana komitmen pondok pesantren ini dalam mengembangkan pondok pesantren yang mereka cintai. Diantaranya adalah ada tabungan wajib setiap hari untuk setiap santri yang dikelola mandiri oleh pesantren yang selanjutnya dana yang ada diputar lagi untuk usaha, dan hasilnya untuk pembangunan fasilitas pesantren.

Jadi jangan heran jika hingga saat ini PP Sidogiri bisa melakukan berbagai pembangunan secara pesat tanpa menggantungkan dari bantuan Pemerintah. Ya. Pondok ini sudah mempunyai Baitul Mal yang cukup handal untuk bisa mengatur rumah tangganya sendiri, tanpa menggantungkan diri dari pihak luar. Ini adalah kelebihan PP Sidogiri dalam kemndirian ekonomi yang patut diconotoh oleh pesantren salaf lainnya.

Kerena kemajuannya yang cukup pesat, kini bahkan PP Sidogiri semakin hari makin memberi manfaat bagi santri dan masyarakat sekitar. Diantaranya dengan adanya Lembaga Zakat Sidogiri (LAZ) dan Lembaga Wakaf Sidogiri (L-Kaf). LAZ Sidogiri adalah lembaga sosial PP. Sidogiri yang mengelola zakat, infak dan sedekah melalui program pemberdayaan masyarakat. Keberadaan LAZ ini bukan hanya membantu santri dan masyarkat sekitar, tapi juga turut serta dalam membantu bencana nasional, seperti yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) belakangan ini. Ada 5 program yang ada dalam LAZ ini, yaitu Peduli Pendidikan, Peduli Ekonomi, Peduli Kesehatan, Peduli Lingkungan dan Program Khusus.

Sedangkan L-Kaf Sidogiri adalah sebuah lembaga wakaf yang mempunyai visi “Terwujudnya lembaga wakaf yang profesional Istiqomah dalam meningkatkan kesejahtraan Ummat.” Tentu dalam merealisasikan visi ini diperlukan pijakan-pijakan berupa misi-misi yang handal, diantaranya:

  1. Menjadikan lembaga wakaf yang produktif dan bermanfaat
  2. Membantu dan melayani masyarakat yang mewakafkan hartanya
  3. Mengelola wakaf produktif secara profesional, transparan,amanah dan istiqomah
  4. Memberdayakan Ummat untuk meningkatkan kesejahteraan dan amal ibadahnya.

Tentu dalam pembentukan L-Kaf ini mempunyai tujuan yang luhur, yaitu diantaranya untuk:

  1. Mengumpulkan Harta wakaf sebanyak-banyaknya demi kemaslahatan dan kesejahetraan ummat
  2. Menumbuhkan kesadaran bahwa memberikan harta wakaf adalah sebagai amal perbuatan yang tidak akan terputus pahalanya
  3. Mengelola harta wakaf secara profesional sehingga berdaya guna dan terasa manfaatnya
  4. Menyalurkan dalam sektor-sektor produktif dalam bidang pendidikan, ekonomi, maupun sosial
  5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas ibadah.

* sumber tulisan dari beberapa referensi, diantaranya sidogiri.net, lazsidogiri.orgdan id.wikipedia.org

You May Also Like

About the Author: admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *