Multikulturisme di Pasantren. Bagaimana Penerapannya di Indonesia ?

Multikulturisme di Pasantren

AnakIslam.com – Multikulturisme di Pasantren. Multikulturisme tidak bisa dielakkan lagi dalam keseharian kita. Karena memang fitrah manusia yang datang dari berbagai kultur bebas untuk berinteraksi satu sama lain. Tentu hal ini tidak bisa dihindarkan lagi juga di pondok pesantren yang santrinya datang dari berbagai daerah dari berbagai belahan dunia.

Seperti halnya di Gontor, yang santrinya datang tidak hanya dari Indonesia, maka harus punya sifat multikulturisme yang cerdas terdidik. Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Ayahanda, KH. Hasan Abdullah Sahal, dalam sebuah wejangan dengan tema Multikulturisme Cerdas Terdidik di Indonesia, sebagaimana dikutip oleh El-QiemahMagz, November 2019, berikut wejangan beliau,

“Indonesia dengan beragam suku, ras, serta agama yang terbentang dari Sabang sampai Merauke sangat mengasyikan untuk dijadikan Medan tadabbur kekuasaan Alloh SWT.

Kebersamaan merupakan kodrat manusia yang tidak terelakan. Interaksi dan kolaborasi antar manusia merupakan amanah sekaligus keindahan yang diciptakan Alloh SWT kepada hamba-nya, agar manusia tidak terseret ke pojok sempit pemikiran ‘mukhibban ala wajhihi’ tetapi ‘sawiyyan’ tentang kehidupan yang luas ini.

Bangsa yang pernah dijajah sangat sensitif dan peka terhadap kedzaliman. Egoisme, materialisme, hedonism, dan fragmatisme yang bebas dilakukan terkadang mengganggu kebebasan orang lain, bahkan bangsanya sendiri. Saling menghormati dan menghargai serta mementingkan yang pening dalam hidup, adalah sifat manusia dan bangsa yang penting, terhormat dan berharga.

Memaksa orang lain untuk menghormati dan menghargai justru akan menurunkan derajat kemanusiaan mereka. Memikirkan tegaknya kebersamaan itulah tanda bangsa yang penting dan layak dijadikan partner untuk membina masyarakat dan bangsa.

Potensi tiang berdirinya bangsa yaitu kecerdasan maksimal dalam penggalian kemampuan lahir bathin dan menyadari bahwa hidup adalah karunia dan sekaligus amanah dari Alloh SWT, diciptakannya jin dan manusia hanya untuk menyembah dan berbakti kepada-Nya.

Dengan kecerdasan, keahlian, keterampilan, kekuatan, kesempatan umur, manusia dikaruniai nikmat memakmurkan bumi Alloh swt denga rukun, damai, tanpa ke dzaliman, tanpa penjajahan, hingga berwujud cita-cita kepentingan maslahat umat manusia dari sekecil-kecilnya, sampai sebesar-besarnya. Menggunakan masa lima sebelum lima. Sabda rosul Saw masa muda, masa sehat, masa berharta, masa kosong dan masa hidup dengan baik karena setiap perbuatan ada balasannya.

Sepahit-pahit dan sehina-hina hidup adalah saat dijajah, termasuk dijajah syetan, lebih-lebih syetan kehidupan diri sendiri. Maka potensi internal harus dibina dengan tetap membangun hubungan eksternal di zaman informasi dan komunikasi yang semakin modern ini.

Memahami dengan cerdas dan sadar bahwa manusia betapapun hebatnya tidak bisa hidup sendiri. Zaman sudah benar-benar terbuka, kelebihan dan kekurangan yang dimiliki di tempat ini maupun di tempat lain, saling pengertian dan saling membutuhkan diantara keduanya adalah mutlak bukan merupakan penjajahan.

Manusia mempunyai potensi maju di dalam bidangnya namun terkadang salah jalan. Karena itu dibutuhkan pendidikan dan kebersamaan dan saling pengertian bagi mereka yang sebenarnya awam tentang pendidikan multikultural. Mereka berteriak untuk menutupi keawamannya dengan menuduh dunia sedang tidak multikultural atau ada maksud untuk menyimpangkan makna multikultural, ini jelas berbahaya dan membahayakan.

Potensi setiap orang berbeda-beda dan bertingkat tingkat, bakat dan aksi pengabdian sekecil apapun dibangun dan dibina karena tetap ada harganya di dalam masyarakat. Ingat! ‘la tahqironna minal ma’rufi say’an’. Penghormatan atas budaya yang terbangun dan sudah berjalan berabad-abad juga merupakan khazanah yang layak dihargai sebagai hasil ijtihad para pendahulu, apalagi bisa besar dan kuat kaitannya dengan kehidupan religius di masanya.”

Itulah  artikel kali ini tentang Multikulturisme di Pasantren yang disampaikan oleh KH. Hasan Abdullah Sahal. Semoga bermanfaat dan menambah pengatahuan kita.

 

About the Author: admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *