Mengawali postingan di kategori Parenting Islam ini, sejenak kita harus merenungi bahwa sesungguhnya masa kanak-kanak merupakan fase yang paling subur, paling panjang, dan paling dominan bagi orang tua untuk menanamkan norma-norma yang mapan dan arahan yang bersih ke dalam hati dan jiwa anak-anak.
Berbagai kesempatan terbuka lebar untuk orang tua dengan semua potensi tersedia secara berlimpah dalam fase ini dengan adanya fitrah yang bersih, masa kanak kanak yang masih lugu, kepolosan yang beğitu jernih; kelembutan dan kelenturan jasmaninya, kalbu yang masih belum tercemari, dan jiwa yang masih belum terkontaminasi.
Apabila masa ini dapat dimanfaatkan oleh orang tua secara maksimal dengan sebaik-baiknya, tentü harapan yang beşar untuk berhasil akan müdah diraih pada masa mendatang, sehingga kelak sang anak akan tumbuh menjadi Seorang pemuda yang tahan dalam menghadapi berbagai macam tantangan, beriman, kuat, kokoh, lagi tegar.
Berangkat dan realita para ulama mengatakan bahwa seorang anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Kalbunya yang masih suci bak pemata yang begitu bebas dari segala macam pahatan dan gambaran, dan ia juga siap untuk menerima setiap pahatan apa pun serta selalu cenderung pada kebiasaan yang diberikan kepadanya.
Jika ia dibiasakan dengan meakukan hal-hal yang baik, niscaya ia akan tumbuh menjadi orang yang baiki yang selanjutnya akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Begitu juga yang akan didapatkan oleh kedua orang tuanya dan juga setiap guru-guru yang mendidiknya. Tapi sebaliknya, jika sang anak dibiasakąn melakukan hal-hal yang buruk dan ditelantarkan tanpa pendidikan dan pengajaran seperti hewan ternak yang dilepaskan begitu saja dengan bebasnya, niscaya dia akan menjadi seorang yang celaka.
Kalau sudah demikian kejadiannya, pihak yang dipersalahkan dalam hal ini adalah orang tua dan orang-orang yang diserahi tanggungjawab untuk mendidik dan mengajarinya, baik dia sebagai orang tua si anak maupun guru-gurunya. Karena itu memang parenting ini sangat penting bagi anak. Penting bukan hanya untuk orang tua si anak, tapi juga setiap guru yang mendidik hati dan akal anak-anak.
Mendidik anak dan mengajar anak bukan merupakan hal yang mudah, bukan pekerjaan yang dapat dilakukan secara serampangan, dan bukan pula hal yang bersifat sampingan. Mendidik dan mengajar anak sama kedudukannya dengan kebutuhan pokok dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim yang mengaku dirinya memeluk agama yang yang hanif ini. Bahkan mendidik dan mengajar anak merupakan tugas yang harus dan mesti dilakukan oleh setiap orang tua, karena perintah untuk hal ini datang langsung dari Allah, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api nerqka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. ” (QS. At-Tahriim (66): 6)
Ali ibnu Abu Thalib telah mengatakaıı sehubungan dengan tafsir ayal diatas bahwa cara untuk sampai ke arah itu adalah dengan mendidik dan mengajari mereka.
Dengan begitu berarti tugas mengajar, mendidlk dan memberikan tuntunan sama artinya dengan upaya untuk meraih surga. Scbaliknya, menelantarkan hal tersebut berarti sama dengan menjerumuskan diri ke dalam neraka. Jadi jelas sekal bahwa kita tidak boleh melaksanakannya. Jadi, kita tidak boleh melalaikan tugas ini. terlebih laği Nabi Muhammad SAW telah bersabda:
“Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan baik.” (Hadits diketengahkan oleh İbnu Majah 2/121 1 , tetapi Al-Albanl menilainya dha/if.)
Dalam Hadits yang lain disebutkan:
“Tiada suatu pemberian pun yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya, selain pendidikan yang baik. ” (Hadits diketenphkan oleh Hakim dalam Kitaabul Adab juz 4, hlm. 7679; sanadnya shahih meskipun Bukhari dan Muslim tidak mengetengahkannya. Baihaqi mengetengahkannya dalam Kitab Sunanul Kubranya Hadits no. 2319; Tirmidzi Hadits no. 1952, dan Musnad Ahmad juz 4, hlm. 1 4977.)
Mendidik dan memberikan tuntunan merupakan sebaik-baik hadiah dan perhiasan paling indah yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dengan nilai yang jauh lebih baik daripada dunia dan segala isinya.
Sudah menjadi keharusan baği orang-orang yang berhati ikhlas dari kalangan umat ini untuk menyingsingkan lengan baju dan bekerja dengan tulus tanpa mengenal lelah guna membentuk generasi baru sesuai dengan sampel yang telah dicontohkan oleh generasi yang telah dididik oleh Nabi Muhammad.
Bagi orang yang ingin meneladani sikap panutan kita sesungguhnya, Nabi Muhammad SAW, penghulu makhluk dan murabbi yang sesungguhnya, maka terkandung sesuatu yang berarti dari lautan pengetahuannya tentang hal tersebut dan juga berbagai persiapan yang telah dicanangkan oleh Islam untuk membentuk generasi baru yang islami. Terbaca jelas melaluinya akan perhatian Nabi yang sangat besar kepada anak dalam semua tahapan pertumbuhannya.